Selasa, 06 November 2007

BUDAYA LATAH DAN SENANG DIPUJI

Dewasa ini, booming tanaman hias melanda masyarakat dari kalangan ekonomi bawah hingga kaum eksekutif berdasi, dari yang tidak sekolah hingga berpendidikan S3. Fenomena ini membuat sebagian orang yang berada di luar lingkaran "demam tanaman hias" ini menjadi geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak? tanaman hias dengan nama atau variant yang tidak mudah dihafal di kepala, menjadi bahan percakapan sehari-hari masyarakat dari berbagai kalangan tersebut di atas. Yang semakin membuat geleng-geleng kepala lagi, nilai rupiah dari 1 batang tanaman hias yang baru tumbuh saja, mencapai jutaan rupiah.
orang menjadi tidak segan-segan menginvestasikan sebagian besar uangnya untuk tanaman hias ini. Nama-nama tanaman anthurium, gelombang cinta, jenmanii dan seabreg variant dari tanaman tersebut menjadi komoditas ekonomi yang menggiurkan. Kalau dicermati, semua hanya bermula dari budaya latah, ikut-ikutan atau juga malah pengin dipuji karena mampu membeli tanaman dengan harga sekian juta rupiah. Kebanggaan semu yang irrasional ini akan menjadi sangat naif apabila sebagai orang rasional kita melihat betapa mubazirnya uang kita hanya untuk membeli 1 batang tanaman yang mempunyai aspek fungsional yang minim untuk kita atau untuk keluarga kita.
Mari kita renungkan, jikalau kita sebagai orang yang dikasih kelebihan harta oleh Yang Esa, bukankah masih banyak yang menanti uluran tangan kita lebih dari sekedar 1 batang bunga?

Tidak ada komentar:

sebuah kabar untuk teman lama

Sebagaimana sebuah cerita tertutur indah
Seindah rima tembang burung-burung di pucuk cemara
Teruntai menjadi bait-bait kisah
Merajut kenangan dan perjalanan yang tertempuh,
Seindah itu yang pernah terjalin
Dalam satu kebersamaan
Yang kini berakhir dalam sebuah pengakuan...
Pengakuan yang perih
Menunaikan rasa bahwa kita memiliki rasa yang sama
Rasa yang kemudian terpisahkan oleh sebuah pilihan
Kupilih jalan ini bukan karena kutinggalkan begitu saja
Bukan juga sebuah pengabaian sebuah hati yang pernah kuinginkan
Kuingin kaupun tahu ini sebuah pilihan yang berat...
Bilakah kau mengerti?
Bahwa aku tak ingin berjalan sejauh ini
Sejauh kau meniadakan namaku begitu saja karena marahmu.
Aku tidak begitu saja melupakanmu...





Suatu saat di yogyakarta...


01/09/2003 : 03.35 wib